30/04/12

Pertumbuhan dan Perkembangan Pergerakan Nasional Indonesia (sejarah kls XI)


       Pergerakan nasional ditandai oleh adanya organisasi yang sudah didukung dan didirikan
oleh segenap rakyat di Nusantara. Ciri organisasi pergerakan nasional berbeda dengan
pergerakan daerah, hal ini dapat kita bedakan sebagai berikut.



1. Gerakan daerah bercirikan sebagai berikut.
a. Bentuk gerakannya belum diorganisasi, maka menggantungkan kepada pemimpin.
b. Sifatnya kedaerahan, maka bersifat insidental sementara.
c. Mengandalkan kekuatan senjata dan kekuatan gaib.
d. Belum ada tujuan yang jelas.
e. Gerakannya mudah bubar atau berakhir jika pemimpin mereka tertangkap.

2. Gerakan nasional bercirikan sebagai berikut.
a. Gerakannya sudah diorganisasi secara teratur.
b. Bersifat nasional baik wilayah atau cita-cita kebangsaan.
c. Perjuangan menggunakan taktik modern dan organisasi modern.
d. Sudah memiliki tujuan yang jelas yaitu Indonesia merdeka.
e. Gerakannya tangguh dan berakar di hati rakyat.

Adapun bentuk-bentuk organisasi pergerakan nasional Indonesia akan dibahas pada
penjelasan berikut.

1. Budi Utomo
     Kebangkitan nasional ditandai lahirnya Budi
Utomo (BU) yang didirikan pada tanggal 20 Mei 1908
oleh Dr. Sutomo, Suradji, dan Gunawan Mangunkusumo
yang waktu itu menjadi mahasiswa Stovia
(kedokteran Jawa), sedangkan perintisnya adalah
Dr. Wahindin Sudirohusodo. Ia mendirikan Studie
Fonds (dana pelajar) guna membiayai pelajar yang
tidak mampu. Itulah sebabnya, BU disebut organisasi
sosial dan perintis pergerakan nasional. Adapun bidang
gerak BU adalah sosial, ekonomi, dan kebudayaan. Ini
tercermin dari tujuan yang akan dicapai oleh BU tersebut.


     Tujuan BU adalah kemajuan bagi Hindia atau kemajuan yang harmonis bagi nusa
bangsa. Tujuan tersebut akan dicapai melalui usaha, antara lain, memajukan pendidikan,
teknik industri, pertanian, peternakan dan perdagangan, serta menghidupkan kembali
kebudayaan sendiri.
BU berasaskan kooperatif, moderat, dan tidak berpolitik. Keanggotaan BU tidak
terbatas pada Jawa, Madura, dan umumnya pelajar dan priyayi.
Pada tanggal 5 Oktober 1908, BU mengadakan Kongres I di Yogyakarta dan
menghasilkan hal-hal berikut.
a. BU tidak berpolitik.
b. Kegiatan BU ditujukan pada bidang sosial, budaya, dan pendidikan.
c. Ruang gerak BU terbatas pada Jawa dan Madura.
d. Tirto Kusumo, Bupati Karanganyar, dipilih sebagai ketua BU pusat.

2. Sarekat Islam
     Pada tahun 1911 di Laweyan, Solo berdiri organisasi Sarekat Dagang Islam (SDI) dengan ketua Haji Samanhudi. Keinginan untuk menyaingi pedagangpedagang Cina mendorong banyak orang ingin menjadi anggota SDI. Tujuan SDI semula adalah memajukan perdagangan
untuk menyaingi pedagang-pedagang Cina. Namun pada akhirnya, selain memajukan
perdagangan, SDI juga ingin memajukan agama Islam. Oleh karena itu, atas anjuran
H.O.S. Cokroaminoto, nama SDI diubah menjadi SI (Sarekat Islam) pada tahun 1912.
SI mempunyai beberapa tujuan, yaitu mengembangkan jiwa dagang, membantu para
anggota yang mengalami kesulitan dalam usaha meningkatkan derajat, memperbaiki
pendapat yang keliru mengenai agama Islam, hidup menurut perintah agama.
     Pada tahun 1913, SI menyelenggarakan kongres pertama di Surabaya dan menghasilkan
beberapa keputusan, yaitu SI bukan partai politik, SI tidak bermaksud melawan Belanda,
memilih HOS Cokroaminoto sebagai ketua SI, dan menetapkan Surabaya sebagai pusat SI.
Karena bersifat kerakyatan, SI cepat mendapatkan anggota. Akibatnya, Gubernur
Belanda A.W.F. Idenburg ragu dan khawatir terhadap SI, sehingga permohonan izin
pengesahan SI ditolak. Oleh karena itu, SI menyiasati hal tersebut dengan mendirikan
Central Sarekat Islam (CSI) di Surabaya yang diakui Belanda pada tanggal 18 Maret 1916.
Adapun tujuan didirikannya CSI adalah memajukan, membantu, memelihara, dan menjalin
kerja sama antar-SI lokal yang tergabung dalam CSI.
     Pada tahun 1921, SI mengadakan kongres ke-4 di Surabaya. Pada kongres ke-4 ini,
Semaun dan Darsono mengemukakan paham sosialis. Ada beberapa anggota SI yang tidak
sepaham dengan mereka. Akibatnya, SI pecah menjadi SI putih dan SI merah. SI putih
dipimpin oleh Haji Agus Salim dan Abdul Muis, sedangkan SI merah berpaham komunis
di bawah Semaun, Tan Malaka, dan Darsono yang nanti masuk dalam PKI.


3. Indische Partij
     Indische Partij (IP) didirikan pada tanggal
25 Desember 1912 di Bandung oleh tiga serangkai,
yaitu Douwes Dekker (Danudirdja Setiabudhi),
Tjipto Mangunkusumo, Soewardi Soerjaningrat
(Ki Hadjar Dewantara). Tujuan didirikannya partai
polilik ini adalah mempersatukan Hindia Belanda
sebagai persiapan Hindia merdeka. Tujuan ini
disebarluaskan melalui surat kabar De Express.
Anggaran dasar dan program kerja IP adalah membangun patriotisme IP terhadap
tanah air, bekerja sama atas dasar kesamaan ketatanegaraan demi memajukan tanah air,
dan mempersiapkan kehidupan rakyat yang merdeka. Untuk mencapai tujuan partai, caracara
yang ditempuh IP adalah memberantas kesombongan sosial dalam pergaulan,
meresapkan cita-cita kesatuan nasional Hindia, memperbesar pengaruh pro-Hindia dalam
pemerintahan, memperjuangkan persamaan hak setiap warga, memperbaiki keadaan
ekonomi Hindia, menghindiakan pengajaran untuk kepentingan ekonomi.
Karena program dan cita-cita IP dianggap membahayakan Belanda, IP dinyatakan
sebagai partai terlarang. Akan tetapi, Soewardi Soerjaningrat tetap menyebarluaskan
kritik melalui tulisan berjudul "Als ik een Nederlander was ...." (seandainya aku seorang
Belanda) yang berisi sindiran tajam terhadap ketidakadilan Belanda atas negara jajahannya.
Alasan Suwardi menulis tulisan tersebut adalah kritik atas kebijakan Belanda yang
memungut dana pada rakyat untuk ulang tahun kemerdekaan Belanda. Akibat tulisan
tersebut, ketiga tokoh IP ditangkap. Douwes Dekker dibuang ke Kupang, Tjipto
Mangunkusumo ke Banda, dan Soewardi Soerjaningrat ke Bangka. Tetapi, atas permintaan
mereka sendiri, ketiganya dibuang ke Belanda pada tahun 1913.

4. Muhammadiyah
Muhammadiyah didirikan pada tanggal 18 November 1912
di Yogyakarta oleh K. H. Ahmad Dahlan, seorang ulama besar
yang terpengaruh gerakan wahabi. Tujuan didirikannya
Muhammadiyah adalah memajukan pengajaran Islam,
mengembangkan pengetahuan Islam dan cara hidup menurut
peraturan Islam, membantu dan meningkatkan kehidupan sosial
masyarakat Islam.
    Untuk mencapai tujuan partai, Muhammadiyah menempuh
usaha-usaha, antara lain, mendirikan, memelihara, dan membantu
pendirian sekolah berdasarkan agama Islam untuk memberantas buta huruf; mendirikan
dan memelihara masjid, langgar, rumah sakit, dan rumah yatim piatu; membentuk badan
perjalanan haji ke tanah suci. Muhammadiyah mempunyai wadah khusus bagi wanita
(Aisyiah) dan bagi pria (Hisbul Wathon).


5. Gerakan pemuda


     a. Trikoro Dharmo
      Trikoro Dharmo didirikan di Jakarta pada tanggal 7 Maret 1915 oleh R. Satiman
Wiryosanjoyo, Sunardi, dan Kadarman. Trikoro Dharmo artinya tiga tujuan mulia
(= sakti, budi, bhakti). Adapun tujuan Trikoro Dharmo adalah mencapai jaya raya
dengan jalan memperkukuh persatuan antarpemuda Jawa, Sunda, Madura, Bali, dan
Lombok.
Untuk mencapai tujuan, usaha-usaha yang dilakukan Trikoro Dharmo adalah
menambah pengetahuan umum bagi anggotanya; memupuk tali persaudaraan antarmurid
bumiputra sekolah menengah, sekolah guru, dan sekolah kejuruan; membangkitkan dan
mempertajam perasaan untuk segala bahasa budaya Indonesia, khususnya Jawa.
Pada tahun 1918, nama Trikoro Dharmo diubah menjadi Jong Java. Kegiatannya
berkisar pada bidang sosial, budaya, pemberantasan buta huruf, kepanduan, seni, dan
lainnya. Pada kongresnya (1922) diputuskan bahwa Jong Java tidak bergerak dalam
bidang politik dan anggotanya dilarang masuk partai politik. Namun, masuknya Agus
Salim (tokoh SI) menyebabkan Jong Java mulai bergerak dalam bidang politik. Oleh
karena itu, ada yang pro dan kontra. Akhirnya, yang setuju bergerak dalam politik
mendirikan Jong Islamieten Bond (JIB) (1925) dengan agama Islam sebagai dasar
pergerakan dan menerbitkan majalah Al Noer.
Tujuan Jong Islamieten Bond
adalah mempererat persatuan di
kalangan para pemuda Islam
muslim. Keanggotaannya terbuka
untuk pemuda Islam yang berumur
14 – 30 tahun, dan yang berumur
lebih dari 18 tahun boleh berpolitik. Pada tanggal 29 Desember 1925, JIB mengadakan
kongres I dan menetapkan anggaran dasarnya.
Selanjutnya, Jong Java pada kongresnya (1928) menyetujui adanya fusi organisasi
pemuda yang diberi nama Indonesia Muda.

     b. Jong Sumatranen Bond (Persatuan Pemuda Sumatra)
     Jong Sumatranen Bond (JSB) berdiri pada tahun 1917 di Jakarta dengan tokohnya
Moh. Hatta dan Muh. Yamin. Tujuan didirikannya JSB adalah memperkukuh hubungan
antarpelajar asal Sumatra dan mendidik mereka menjadi pemimpin bangsa serta
mempelajari dan mengembangkan budaya Sumatra.

     c. Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI)
     PPPI didirikan oleh para pelajar Jakarta dan Bandung pada bulan September 1926
di Jakarta. Tokoh-tokoh PPPI adalah Abdullah Sigit, Sugondo, Suwiryo, Reksodipuro,
A.K. Abdul Gani, Sumanang. Tujuan PPPI adalah memperjuangkan Indonesia merdeka.

Untuk merealisasikan tujuannya itu, maka sifat kedaerahan harus dihilangkan,
perselisihan pendapat antarnasionalis juga harus dihindarkan, dan para anggota harus
rajin belajar.
     d. Pemuda Indonesia
     Pemuda Indonesia semula bernama Jong Indonesia yang didirikan di Bandung pada
tahun 1927. Anggota Pemuda Indonesia kebanyakan dari kalangan pelajar yang
sekolah di luar negeri. Tokohnya adalah Sugiono, Yusapati, Suwaji, Moh. Tamzil,
Sartono, Asaat, dan Budhiarto.
Pada tanggal 28 Desember 1927, PI mengadakan kongres di Bandung yang
menghasilkan, antara lain, nama oragnisasi yang semula Jong Indonesia diganti menjadi
Pemuda Indonesia; bahasa Melayu ditetapkan sebagai bahasa pengantar organisasi
pemuda; Yusapati diangkat sebagai ketua, Moh. Tamzil sebagai sekretaris I, Subagio
Reksodipuro sebagai sekretaris II, dan Mr. Asaat sebagai bendahara.

     e. Indonesia Muda
Indonesia Muda berdiri pada tahun 1930. Indonesia Muda merupakan organisasi
nasional yang lahir sebagai peleburan organisasi kedaerahan.

6. Partai Komunis Indonesia (PKI)
     Pada tanggal 4 Mei 1914, didirikan ISDV (Indische Sociaal Democratische Vereniging)
oleh orang-orang Belanda, seperti Dekker, Sneevliet, dan Brandsteder bersama Semaun.
Tujuan berdirinya ISDV adalah menyebarluaskan paham sosial demokratis dengan
membangun perasaan revolusioner bagi bangsa Indonesia.
Pada tanggal 23 Mei 1920, nama ISDV diubah menjadi PKI dengan Semaun sebagai
ketua, Bergsma sebagai sekretaris, dan Dekker sebagai bendahara. Pada tanggal 24
Desember 1920, PKI mengadakan Kongres Istimewa dan mengambil keputusan untuk
bergabung dengan organisasi Komintern. Selanjutnya, PKI berpura-pura setuju menjadi
anggota volksraad.
Sejak pemerintahan Belanda, PKI telah mengadakan pemberontakan. Misalnya, pada
tahun 1926 Alimin mengadakan pemberontakan di Jawa Barat dan Banten. Kemudian pada
tahun 1927, terjadi pemberontakan PKI di Sumatra. Akibatnya, oleh Belanda sejak tahun
1927 PKI dianggap sebagai organisasi terlarang.

7. Taman Siswa
      Taman siswa merupakan lembaga pendidikan nasional yang didirikan oleh Soewardi
Soerjaningrat (Ki Hajar Dewantara) di Yogyakarta pada tanggal 3 Juli 1922. Lembaga ini
bertujuan menyesuaikan sistem pendidikan dengan kebudayaan Indonesia. Tujuan tersebut
dapat tercapai dengan Pancadarma Taman Siswa yang meliputi dasar kodrat alam, dasar
kemerdekaan, dasar kebudayaan, dasar kebangsaan atau kerakyatan, dan dasar kemanusiaan.

Dalam pendidikan, Taman Siswa hendak mewujudkan sistem
"among" untuk mengadakan pola belajar asah, asih, asuh dan
diterapkan pola kepemimpinan "ing ngarso sung tuladha, ing
madya mangun karsa, tut wuri handayani" yang artinya seorang
pemimpin harus dapat menjadi contoh, memberi motivasi, dan
mendorong untuk maju.

8. Partai Nasional Indonesia (PNI)
     PNI berdiri pada tanggal 4 Juli 1927 di Bandung oleh
Ir. Soekarno, dr. Tjipto Mangunkusumo, Ir. Anwari, Mr. Sartono,
Mr. Sunaryo, Mr. Budhiarto, dan Dr. Sanusi. Tujuan PNI adalah Indonesia merdeka.
Tujuan ini hendak dicapai dengan asas percaya pada diri sendiri (self help). Artinya,
memperbaiki keadaan politik, ekonomi, dan sosial dengan kekuatan sendiri, misalnya
mendirikan sekolah-sekolah, poliklinik-poliklinik, bank nasional, dan koperasi. Itulah
sebabnya, PNI tidak mau bekerja sama dengan penjajah (nonkooperatif). Pergerakan PNI
didasarkan pada semboyan Marhaenisme, artinya memperjuangkan rakyat miskin.


     Kekhawatiran Belanda atas PNI
menyebabkan Soekarno tidak boleh
mengadakan kegiatan di luar Jawa,
bahkan Belanda melakukan penggeledahan
kantor PNI dan menangkap Ir. Soekarno, Maskur, Sumodirejo, Gatot
Mangkuprojo, dan Supradinata yang dituduh melanggar Pasal "Karet" 153 bis dan
169 KUHP, yaitu "dianggap mengganggu ketertiban umum dan menentang kekuasaan
pemerintah Belanda". Ir. Soekarno dibuang ke penjara Sukamiskin.

     Kelompok yang tidak setuju PNI dibubarkan tetap mempertahankan ideologi PNI
dengan nama baru, yakni Pendidikan Nasional Indonesia (PNI Baru), tokohnya Moh.
Hatta, Sutan Syahrir.b. Kelompok yang setuju PNI dibubarkan membentuk Partindo dipimpin Mr. Sartono.

9. Gerakan wanita
     Pelopor gerakan wanita adalah R.A. Kartini, putri Bupati
Jepara Ario Sosrodiningrat. Kartini lahir pada tanggal 21 April
1879. Cita-cita beliau adalah memperbaiki derajat kaum wanita
melalui pendidikan dan pengajaran. Untuk merealisasikan
tujuannya itu, Kartini mengadakan kontak lewat surat dengan
wanita Barat dan juga Nusantara. Surat-surat Kartini inilah oleh
Mr. Abendanon dijadikan buku berjudul Habis Gelap Terbitlah
Terang.
     Dari Jawa Barat juga muncul tokoh wanita, yaitu Dewi
Sartika yang berusaha melepaskan tradisi dan adat pingitan bagi wanita seperti kawin
paksa dan poligami.
Perjuangan Kartini dan Dewi Sartika kemudian mengilhami gerakan-gerakan wanita.
a. Putri Mardiko (1912) berdiri di Jakarta, tujuannya memberikan bantuan bimbingan dan
penerangan pada gadis pribumi dalam menuntut pelajaran, tokohnya adalah
R.A. Sabaruddin, R.A. Sutinah, Joyo, R.R. Rukmini.

b. Kartini Fonds (dana Kartini) yang didirikan Ny. T. Ch. Van Deventer (1912) dengan
tujuan mendirikan sekolah bagi kaum wanita, misalnya Maju Kemuliaan di Bandung,
Pawiyatan Wanito di Magelang, Wanito Susilo di Pemalang, Wanito Hadi di Jepara,
Budi Wanito di Solo, dan Wanito Rukun Santoso di Malang.

c. Keutamaan Istri, berdiri di Tasikmalaya (1913) dengan tujuan mendirikan sekolah
untuk anak-anak gadis.

d. Kerajinan Amal Setia, berdiri di Gadang, Sumatra Barat tanggal 11 Februari 1914
dengan ketua Rohana Kudus. Tujuan didirikannya organisasi ini adalah untuk
meningkatkan pendidikan wanita seperti cara mengatur rumah tangga, kerajinan
tangan, dan cara pemasarannya.

e. Sarikat Kaum Ibu Sumatra di Bukittinggi.

f. Perkumpulan Ina Tani di Ambon.

Untuk menyebarluaskan pengetahuan tentang kewanitaan dilakukan dengan
menerbitkan surat kabar Putri Hindia di Bandung, Wanita Swara di Brebes, Soenting
Melajoe di Bukittinggi, Putri Mardiko di Jakarta, Estri Oetomo di Semarang, Soewara
Perempoean di Padang, dan Perempuan Bergerak di Medan.
Kongres Wanita pada tanggal 22 Desember 1928 diselenggarakan di Yogyakarta.
Peristiwa ini diperingati sebagai hari Ibu. Hasilnya, dibentuk Perserikatan Perempuan
Indonesia (PPI) yang bertujuan untuk mempererat hubungan perkumpulan wanita,
memperbaiki nasib dan derajat wanita, serta mengadakan kursus kesehatan.



11. Perhimpunan Indonesia
     Perhimpunan Indonesia (PI) merupakan
perkumpulan pelajar Indonesia di negeri Belanda
yang berjuang untuk kemerdekaan Indonesia. PI
berdiri pada tahun 1908 dengan nama Indische
Vereniging dan tokohnya adalah Sosrokartono,
Husein Jayadiningrat, Notosuroto, dan Sumitro
Kolopaking. Setelah kedatangan Soewardi
Soerjaningrat dan Tjipto ke negeri Belanda
(1913), PI bergerak dalam bidang politik. Pada
tahun 1922, Indische Vereniging berubah nama
menjadi Perhimpunan Indonesia.
Orang Belanda yang memerhatikan penderitaan rakyat Indonesia, misalnya
Mr. Abendanon, Van Deventer, Dr. Snouck Hurgronje, berusaha memperjuangkan nasib
bangsa Indonesia. Pada peringatan ulang tahun ke-15, Indische Vereniging, mengeluarkan
buku berjudul Gedenboek karangan Sukiman W.S. yang menghebohkan Belanda.
Keradikalan PI ditunjukkan dengan mengganti nama majalahnya, Hindia Poetra,
dengan nama Indonesia Merdeka. Penegasan PI ini juga terlihat pada penyempurnaan
kegiatan pada tahun 1925 sebagai berikut.


a. Hanya bangsa yang bersatu dan dapat menyingkirkan pertikaian antargolongan yang
dapat mematahkan penjajahan. Untuk mencapai tujuan perlu dibentuk massa aksi
nasional yang berdasar kemampuan dan kekuatan sendiri.
b. Untuk mencapai tujuan, perlu melibatkan seluruh lapisan masyarakat.
c. Hal yang penting dalam masalah penjajahan adalah pertentangan kepentingan antara
penjajah dan terjajah. Oleh karena itu, harus mempertajam pertentangan kepentingan.
d. Bangsa Indonesia harus melakukan segala usaha untuk mengembalikan keadaan
bangsa yang dirusak secara jasmani dan rohani oleh Belanda.

PI mengadakan hubungan dengan organisasi internasional dalam rangka propaganda
memperjuangkan Indonesia merdeka dan anti-penjajahan. Adapun jenis hubungan tersebut
sebagai berikut.
a. Turut serta kegiatan Komintern dan Association Pour Etude des Civilisation Orientales
(Perhimpunan untuk Mempelajari Kebudayaan Timur) yang didirikan di Paris (1925),
di samping itu turut dalam Liga Penentang Imperalis.
b. Mengikuti kongres dalam rangka mencari dukungan perjuangan Indonesia, antara
lain,

1) Kongres Demokrasi untuk perdamaian tahun 1926 di Paris, Prancis;
2) Kongres Liga Melawan Imperalisme dan Penindasan Penjajah di Brussel (1927);
3) Kongres Wanita Indonesia di Grand, Swiss (1927).

Manifesto politik pergerakan nasional menurut PI sebagai berikut.
a. Persatuan dan kesatuan.
b. Demokrasi.
c. Swadaya, yaitu mengandalkan kemampuan sendiri dan secara nonkooperasi Indonesia
dapat mencapai kemerdekaan.







0 komentar:

Posting Komentar